"Generasi Z dan Kecemasan Sosial: Dampak Media Sosial yang Tak Terelakkan"
DA
Kelompok termuda saat ini, Generasi Z, lahir dan besar di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Ia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain itu, generasi ini juga dikenal fleksibel, praktis, dan melek teknologi. Dengan karakteristik tersebut, Gen Z memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai pelarian dari penatnya kehidupan realita dan sebagai wadah untuk menggalang dana. Media sosial merupakan platform hiburan dan pembaruan kehidupan, serta tempat memperoleh informasi.
Di Indonesia, penggunaan media sosial sangat tinggi di kalangan generasi ini, dengan platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter yang mendominasi. Media sosial mempunyai banyak manfaat antara lain, kontak sosial dan akses informasi. Namun, di balik kemudahan berinteraksi dan berbagi informasi, media sosial juga membawa dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan mental generasi Z, salah satunya adalah meningkatnya kasus kecemasan sosial.
Kecemasan sosial adalah kondisi di mana seseorang merasa sangat takut atau cemas dalam situasi sosial. Mereka khawatir akan dinilai negatif oleh orang lain, sehingga menghindari interaksi sosial atau mengalami kecemasan yang intens saat harus berinteraksi.
Dampak Kecemasan Sosial pada Generasi Z, yaitu sebagai berikut:
1. Kesulitan Berhubungan: Kecemasan sosial dapat menghambat kemampuan generasi Z untuk membangun hubungan yang sehat dan bermakna.
2. Penurunan Kualitas Hidup: Kecemasan yang terus-menerus dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, prestasi akademik, dan bahkan karier.
3. Risiko Depresi: Kecemasan sosial seringkali beriringan dengan gangguan mental lainnya, seperti depresi.
Mencegah dan Mengatasi Kecemasan Sosial:
1. Meningkatkan Kesadaran: Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental.
2. Membatasi Penggunaan Media Sosial: Mengatur waktu penggunaan media sosial dan menghindari perbandingan diri dengan orang lain dapat membantu mengurangi kecemasan.
3. Membangun Keterampilan Sosial: Mengikuti kegiatan sosial dan berlatih keterampilan komunikasi dapat membantu mengatasi kecemasan sosial.
4. Mencari Bantuan Profesional: Jika kecemasan sosial sudah sangat mengganggu, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Generasi ini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berselancar dan bermain game di media sosial, yang tanpa disadari menimbulkan banyak dampak psikologis negatif.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam sehari berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, terutama masalah internalisasi, yang juga dikenal sebagai citra diri. Pengguna media sosial dari berbagai negara mempunyai kebebasan berekspresi dan mengunggah keinginannya. Tak jarang beberapa kesuksesan yang mereka raih menjadi bagian dari konten media sosialnya.
Berdasarkan penelitian (2021) yang menyasar remaja berusia 16 hingga 24 tahun oleh Tim Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Saat menghadapi masalah pada usia ini, sebanyak 95,4% melaporkan mengalami gejala kecemasan dan 88% melaporkan mengalami gejala depresi. Selain itu, 96,4% dari seluruh responden mengatakan mereka tidak tahu cara mengatasi stres karena masalah umum yang mereka hadapi.
Secara historis, banyak Gen Z yang menganjurkan kesehatan mental di media sosial, namun sering mengabaikan kesehatan mental mereka sendiri. Selain itu, masalah kesehatan mental masih dianggap tabu karena adanya stigma sosial, dan tanpa disadari orang tua bisa saja acuh terhadap perasaan anaknya.
Media sosial memang telah membawa banyak manfaat, tetapi kita juga perlu menyadari dampak negatifnya terhadap kesehatan mental, terutama pada generasi Z. Dengan memahami hubungan antara media sosial dan kecemasan sosial, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kualitas hidup. Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental generasi muda.