FOMO vs. JOMO: Menemukan Keseimbangan untuk Kebahagiaan Sejati

Viona Melinda Tulung
Mar 29, 2024By Viona Melinda Tulung

Pernahkah Anda dilanda kecemasan seperti takut tertinggal tren atau acara menarik yang dibagikan teman di media sosial? Itu mungkin FOMO (Fear of Missing Out) yang merupakan ketakutan yang sering muncul di era digital saat ini. Di sisi lain, mungkin anda pernah merasakan kelegaan dan kebahagiaan karena dapat memilih untuk melewatkan acara tertentu dan memilih untuk bersantai di rumah? Itu bisa jadi JOMO (Joy of Missing Out).

FOMO dan JOMO adalah dua konsep yang saling bertolak belakang layaknya dua sisi mata uang. FOMO membuat kita terpaku pada rasa takut ketinggalan pengalaman menyenangkan yang dinikmati orang lain. Hal ini dapat memicu kecemasan, ketidakpuasan, dan dorongan untuk mengikuti tren yang belum tentu sesuai dengan keinginan kita. Biasanya, FOMO dipicu oleh media sosial yang penuh dengan unggahan orang lain tentang pengalaman menyenangkan mereka. Lama kelamaan, FOMO dapat membawa dampak negatif pada kesehatan mental dan kehidupan sehari-hari.

JOMO menawarkan pendekatan yang berbeda. JOMO menekankan pada kegembiraan dalam memilih. JOMO mengajak kita untuk secara sadar memilih untuk melewatkan sesuatu dan memfokuskan diri pada hal-hal yang lebih penting atau membahagiakan diri sendiri. Ini bukan tentang mengabaikan dunia, tetapi tentang memilih dengan bijak bagaimana Anda ingin terlibat dengan dunia.

FOMO dan JOMO bukan konsep yang saling meniadakan. Kunci kebahagiaan terletak pada menemukan keseimbangan antara keduanya. Karena JOMO juga bisa berdampak negatif jika diterapkan secara berlebihan. Misalnya, menjadi apatis dan tidak mau lagi mencoba hal-hal baru.

boat docked near house

Cara Menemukan Keseimbangan FOMO dan JOMO

1. Kenali Pemicu FOMO Anda 

Dengan mengetahui pemicunya maka Anda dapat mengambil langkah antisipasi.

• Apakah karena faktor tren media sosial?

• Perbandingan diri dengan orang lain?

• Atau karena takut kehilangan kesempatan emas?

2. Batasi Penggunaan Media Sosial

Paparan terus-menerus terhadap kehidupan orang lain di media sosial dapat memperparah FOMO.

• Kurangi penggunaan media sosial.

• Gunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat dan dapat menginspirasi diri.

• Unfollow akun-akun yang dapat memicu rasa iri dan tidak nyaman.

3. Kenali Prioritas Anda

Luangkan waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar penting bagi Anda dan fokuslah pada kegiatan yang membuat Anda bahagia karena tidak mungkin mengikuti semua tren atau acara yang bermunculan.

• Anda perlu memilih yang bener-bener sesuai dengan kebutuhan Anda.

• Belajarlah untuk mengatakan tidak pada hal-hal yang tidak sesuai dengan prioritas Anda.

4. Bersyukurlah

Sadari dan hargai hal-hal baik yang sudah Anda miliki.

• Seperti berhasil pada hal-hal yang telah Anda capai.

• Menuliskan rasa bersyukur Anda walaupun terkait hal-hal kecil setiap harinya pada buku harian.

• Berikanlah apresiasi pada diri sendiri.

5. Nikmati Waktu Luang

Gunakan waktu luang Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai dan membuat Anda rileks dan bahagia.

6. JOMO bukan berarti mengisolasi diri

• Tetap jalin hubungan dengan orang lain

• Menanamkan bijak dalam berpikir serta mementingkan kualitas dibanding kuantitas.

woman open her arms facing calm body of water

Dengan memahami FOMO dan JOMO, Anda dapat memilih untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Hal ini akan membantu Anda menjalani hidup yang lebih bahagia dan bermakna di era digital yang penuh distraksi ini.