KONFORMITAS: Mengapa Kita Terpengaruh dan Bagaimana Mengatasinya?

Jun 30, 2024By Asrianti A. Djainahu
Asrianti A. Djainahu

Konformitas adalah salah satu jenis pengaruh sosial berupa kecenderungan seseorang untuk mengubah perilaku atau keyakinan mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Fenomena ini dapat ditemukan di berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari lingkungan kerja hingga pergaulan sehari-hari. Artikel ini akan menjelaskan alasan mengapa kita cenderung terpengaruh oleh konformitas dan memberikan strategi untuk mengatasi tekanan sosial tersebut.

Mengapa Kita Terpengaruh oleh Konformitas?

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tanpa sadar melakukan komformitas. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa kita terpengaruh oleh konformitas:

1. Kebutuhan untuk Diterima 

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan mendasar untuk diterima dan diakui oleh kelompok. Penerimaan sosial memberikan rasa aman dan dukungan emosional. Dalam banyak kasus, individu lebih suka mengikuti norma sosial atau kelompok agar tidak merasa terisolasi atau ditolak. Penerimaan oleh kelompok teman sebaya, misalnya, dapat memberikan rasa identitas dan dukungan yang penting bagi seseorang.

2. Tekanan Sosial dan Pengaruh Kelompok

Tekanan dari kelompok dapat sangat kuat, terutama ketika pendapat mayoritas sangat dominan. Solomon Asch dalam eksperimennya pada tahun 1951 menunjukkan bagaimana individu dapat dengan mudah dipengaruhi oleh mayoritas meskipun mereka tahu bahwa mayoritas tersebut salah. Eksperimen ini menunjukkan bahwa individu sering kali lebih memilih untuk mengikuti mayoritas untuk menghindari konflik atau rasa canggung, meskipun mereka sadar bahwa pendapat mayoritas mungkin tidak benar.

3. Informasi dan Ketidakpastian

Dalam situasi yang ambigu atau ketika seseorang kurang informasi, mereka cenderung mengandalkan kelompok untuk petunjuk. Konformitas informatif terjadi ketika individu percaya bahwa anggota kelompok lain memiliki informasi yang lebih akurat atau lebih baik. Misalnya, dalam situasi darurat, seseorang mungkin mengikuti orang lain yang tampaknya tahu apa yang harus dilakukan. Ini adalah cara untuk mengurangi ketidakpastian dan membuat keputusan yang lebih tepat berdasarkan informasi yang tersedia.

4. Kohesi Kelompok

Semakin erat hubungan antar anggota kelompok, semakin besar tekanan untuk berkonformitas. Kelompok yang kohesif memiliki ikatan emosional yang kuat, sehingga anggota kelompok merasa lebih terdorong untuk mengikuti norma kelompok guna mempertahankan harmoni dan solidaritas. Kohesi ini dapat membuat anggota kelompok merasa lebih terikat dan termotivasi untuk mempertahankan kesatuan kelompok, bahkan jika itu berarti mengorbankan keyakinan pribadi mereka.

5. Norma Sosial dan Budaya 

Norma sosial dan budaya juga memainkan peran penting dalam konformitas. Norma adalah aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku individu dalam masyarakat. Individu cenderung mengikuti norma ini karena mereka mengharapkan penghargaan sosial atau takut akan sanksi sosial jika menyimpang. Budaya tertentu mungkin lebih menekankan pentingnya konformitas dan harmoni sosial dibandingkan budaya lain, yang dapat mempengaruhi tingkat konformitas individu dalam masyarakat tersebut.

Bagaimana Mengatasi Tekanan Konformitas?

Meskipun konformitas dapat memiliki manfaat dalam beberapa konteks sosial, terlalu banyak konformitas dapat menghambat kreativitas, inovasi, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi tekanan konformitas:

1. Meningkatkan Kepercayaan Diri

 Kepercayaan diri yang kuat dapat membantu seseorang lebih mampu menolak tekanan konformitas. Mengembangkan kepercayaan diri melalui pencapaian pribadi, peningkatan pengetahuan, dan keterampilan dapat membantu seseorang merasa lebih nyaman dengan menjadi berbeda dari kelompok. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri dapat memberikan kekuatan untuk tetap teguh pada keyakinan pribadi.

2. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis

 Berpikir kritis memungkinkan kita untuk mengevaluasi informasi secara objektif dan membuat keputusan berdasarkan analisis rasional daripada tekanan kelompok. Ini termasuk memeriksa fakta, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan mempertanyakan asumsi yang ada. Dengan berpikir kritis, kita dapat membuat keputusan yang lebih informasional dan independen.

3. Mencari Dukungan dari Orang Lain

 Memiliki jaringan dukungan yang kuat dapat membantu seseorang merasa lebih percaya diri untuk menolak tekanan konformitas. Teman-teman atau keluarga yang mendukung dapat memberikan perspektif yang berbeda dan dorongan emosional. Diskusi dengan orang yang memiliki pandangan serupa dapat memperkuat keyakinan kita dan membantu kita menolak tekanan kelompok.

4. Berlatih Ketegasan

 Ketegasan adalah kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas dan tegas tanpa bersikap agresif. Dengan berlatih ketegasan, seseorang dapat mengkomunikasikan pendapat mereka tanpa merasa terintimidasi oleh kelompok. Ini memungkinkan kita untuk menyatakan pandangan kita dengan percaya diri dan menghormati pandangan orang lain tanpa harus mengorbankan prinsip kita.

man in black crew neck shirt wearing black framed eyeglasses

Konformitas adalah fenomena sosial yang mendalam yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan sosial kita. Kita cenderung terpengaruh oleh konformitas karena berbagai faktor, termasuk kebutuhan akan penerimaan sosial, tekanan dari kelompok, ketidakpastian informasi, kohesi kelompok, serta norma sosial dan budaya.

Meskipun konformitas dapat memiliki manfaat dalam memfasilitasi kerjasama sosial dan harmoni, terlalu banyak konformitas dapat menghambat kreativitas dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi tekanan konformitas, Mengatasi tekanan konformitas membutuhkan kesadaran diri yang tinggi, kepercayaan diri yang kuat, dan keterampilan berpikir kritis.

Dengan memahami alasan di balik konformitas dan mengembangkan strategi untuk mengatasi tekanannya, kita dapat menjaga integritas pribadi kita, membuat keputusan yang lebih sadar dan independen, serta memperkaya interaksi sosial kita dengan mempertahankan keunikan dan keaslian diri.