QUARTER LIFE CRISIS: Mengubah Kebingungan Menjadi Peluang
Mu
Kini, kesehatan mental dan emosional menjadi kondisi tubuh yang turut diperhatikan oleh banyak orang. Salah satu istilah yang mungkin sudah anda dengar adalah “quarter life crisis”. Quarter life crisis adalah masa dimana seseorang meraskan kecemasan terhadap masa depannya.
Masa quarter life crisis dapat menimbulkan rasa stres bagi beberapa orang. Oleh sebab itu, penting untuk menghadapi kondisi ini dengan menciptakan pola pikir positif dan terus melakukan sesuatu yang bermakna.
Apa Itu Quarter Life Crisis?
Dalam bahasa Indonesia, quarter life crisis artinya krisis seperempat abad. Jadi, quarter life crisis adalah fase dimana seseorang pada usia sekitar 18 sampai dengan 30 tahun merasa khawatir, bingung, tidak memiliki arah karena adanya ketidakpastian dalam kelanjutan hidupnya dan overthinking akan masa depan.
Biasanya, seseorang yang mengalami quarter life crisis akan mencemaskan banyak hal seperti karir, percintaan, kehidupan sosial dan lain sebagainya. Karena itulah fase quarter life crisis terkadang membuat seseorang merasa tidak memiliki tujuan hidup atau bahkan hingga mempertanyakan keberadaan sebagai seorang manusia.
Mengidentifikasi Kebingungan
Di fase quarter life crisis, mungkin akan muncul pertanyaan, misalnya dalam karir, “Apakah saya melakukan pekerjaan yang benar-benar saya sukai? Rasanya kok bosan banget ya ngerjain hal yang itu-itu aja?” Pertanyaan semacam ini mungkin terus menghantui individu dalam sehari-hari.
Namun, Ketika kuliah banyak pertanyaan kapan lulus, lalu berlanjut ke pertanyaan kerja di mana. Selepas kuliah, berbagai pilihan dapat kita temukan dengan mudah; entah akan bekerja, melanjutkan kuliah, berwirausaha, atau menikah. Mungkin akan ada perasaan cemas, insecure, atau overthinking. Misalnya, seseorang ingin melanjutkan kuliah S2 agar lebih menguasai bidang yang akan digeluti.
Namun demikian, setelah diskusi dengan orangtua dan keluarga, kondisi finansial belum memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan saat ini sehingga seseorang tersebut berpikiran untuk bekerja terlebih dahulu yang perjuangan untuk dapat kerjanya tidak mudah.
Tapi semakin dewasa, Anda berpikiran bahwa hidup perlu realistis. Tuntutan finansial yang kamu hadapi sekarang ternyata mengubah perspektifmu sehingga pekerjaan yang bermakna tadi berubah menjadi mimpi saja. Selain itu, tidak sedikit juga di antara kita yang hidup untuk memenuhi ekspektasi diri dan ekspektasi orang lain. Hal-hal itulah yang terkadang mungkin menjadi dilema kamu untuk mengambil keputusan dalam hidup.
Namun, ekspektasi orangtua atau pun orang-orang yang berada dalam inner circle adalah menikah dengan seorang dengan suku yang sama, bekerja dan mandiri secara finansial, serta tinggal di kota besar bersama dengan keluarga besar saat ini. Krisis ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yang berawal dari pemikiran diri sendiri mengenai.
Menemukan Peluang Dibalik Quarter Life Crisis
Melewati periode Quarter Life Crisis bisa menjadi tantangan yang besar, tetapi dengan beberapa kiat dan pendekatan yang tepat, Anda bisa mengelolanya dengan lebih baik menjadi kesempatan yang baik. Berikut adalah beberapa tips untuk sukses melewati Quarter Life Crisis:
1. Refleksi Diri dan Pemahaman Nilai
Menghabiskan waktu untuk merenung tentang nilai-nilai, minat, dan tujuan hidup dapat membantu individu menemukan arah yang jelas dan bermakna. Proses ini melibatkan penilaian diri yang mendalam terhadap aspirasi pribadi dan nilai-nilai yang dipegang teguh.
2. Terima Perubahan sebagai Bagian dari Proses
Menerima bahwa perubahan adalah bagian alami dari kehidupan dan tidak semua akan berjalan sesuai rencana. Jadikan setiap pengalaman sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
3. Tetapkan Tujuan yang Realistis dan Spesifik
Tentukan tujuan-tujuan yang dapat diukur dan spesifik untuk membantu Anda merasa terarah dan mendapatkan pencapaian yang memuaskan.
4. Pengembangan Keterampilan dan Keahlian
Meningkatkan kompetensi melalui pendidikan lanjutan, pelatihan, atau pengalaman kerja dapat membuka peluang baru dan meningkatkan kepercayaan diri. Pembelajaran kontinu dan adaptasi terhadap tuntutan pasar kerja modern menjadi kunci untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih siap.
5. Jalin Hubungan Sosial yang Positif
Jaga hubungan dengan teman-teman dan keluarga yang mendukung. Membangun jaringan sosial yang kuat dapat memberikan dukungan emosional dan praktis selama periode sulit ini.
6. Cari Bantuan Profesional Jika Diperlukan
Jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional jika Anda merasa kesulitan mengatasi perasaan cemas atau depresi yang serius. Terapis atau konselor dapat membantu Anda menemukan strategi yang efektif untuk mengelola stres dan mengatasi krisis ini.
7. Jaga Kesehatan Mental dan Fisik
Berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, dan pastikan Anda cukup istirahat. Keseimbangan hidup yang sehat antara tubuh dan pikiran sangat penting untuk mengatasi stres dan menjaga kesejahteraan secara keseluruhan.
8. Berikan Diri Anda Waktu untuk Bertumbuh
Ingatlah bahwa perjalanan menuju kedewasaan dan pencapaian tidaklah instan. Berikan diri Anda kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan berkembang seiring waktu.
9. Manajemen Emosi dan Kesehatan Mental
Mengembangkan strategi untuk mengelola stres, seperti olahraga teratur, meditasi, atau konseling, penting untuk menjaga kesehatan mental selama masa transisi ini. Memahami peran emosi dalam pengambilan keputusan dan interaksi sosial membantu individu membangun keseimbangan yang stabil dalam kehidupan sehari-hari.
10. Dukungan Sosial
Membangun dan menjaga hubungan yang positif dengan teman, keluarga, dan mentor dapat memberikan dukungan emosional dan praktis yang sangat dibutuhkan. Keterlibatan dalam komunitas yang mempromosikan pertumbuhan pribadi dan saling mendukung memperluas jaringan sosial dan memperkaya pengalaman hidup.
Kesimpulan
Quarter life crisis adalah fase yang dialami oleh banyak orang muda ketika mereka mulai mempertanyakan pilihan hidup, karier, dan hubungan. Gejala seperti kebingungan, kecemasan, dan ketidakpuasan sering muncul akibat tekanan sosial dan ekspektasi diri. Namun, dengan pendekatan yang tepat, fase ini dapat diubah menjadi peluang.
Pertama, mengenali perasaan tersebut sebagai bagian normal dari perjalanan hidup memungkinkan individu untuk lebih terbuka terhadap perubahan. Ini dapat memicu eksplorasi diri yang lebih dalam, di mana mereka dapat mengevaluasi nilai-nilai dan tujuan hidup mereka. Selanjutnya, mengembangkan keterampilan baru dan mencari pengalaman yang beragam dapat membantu memperluas wawasan dan meningkatkan rasa percaya diri.
Akhirnya, dengan menciptakan jaringan dukungan yang kuat, individu dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan perspektif yang berbeda. Transformasi kebingungan menjadi peluang ini dapat menghasilkan penemuan diri yang lebih mendalam dan membuka jalan menuju tujuan hidup yang lebih memuaskan.